LOADING

Type to search

Ujian Nasional Atau Asesmen Nasional?

Kolom

Ujian Nasional Atau Asesmen Nasional?

Share

Ilustrasi Asesmen Nasional 2024
Iluѕtrаѕі: Puѕmеndіk Kеmеndіkbud

Jаkаrtа – Ujian Nasional (UN) yang sebelumnya dihapuskan Mendikbudristek Nadiem Makarim, kembali menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat. Abdul Mu’ti selaku Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah di kini ini memberikan bahwa “berita-informasi pendidikan yang masih menjadi perdebatan ibarat sistem zonasi, cobaan nasional, ataupun apa namanya pantas dibicarakan lebih lanjut dan secara seksama sebelum menetapkan/mengesahkan kebijakan yang simpulan.”

Pеrаlіhаn UN mеnjаdі AN
Pro dan kontra terhadap suatu kebijakan tidak dapat dikesampingkan. Termasuk kebijakan dalam pendidikan utamanya terkait Ujian Nasional (UN) yang gres-baru ini hangat dibicarakan di tengah masyarakat. Ada yang memandang berimplikasi pada tataran konkret dan ada yang beropini berimbas pada hal negatif.

Namun, melihat realitas yang terjadi, UN memang condong menimbulkan tekanan psikologis tersendiri di golongan peserta bimbing dan menjalar pada segenap bab yang ada di sekolah tergolong luar sekolah. Takut nilai tidak tinggi, takut tidak lulus sehingga contek-contekan, kunci tanggapan, dan sejenisnya. Mengesampingkan adab ataupun moralitas demi kelulusan. Padahal salah satu tujuan pendidikan yaitu membentuk kecerdikan pekerti luhur peserta bimbing.

Mengukur mutu mencar ilmu dan kemampuan intelektual peserta latih boleh-boleh saja lantaran mampu menjadi materi evaluasi untuk perbaikan. Namun, sosok yang paham terkait kemampuan penerima asuh merupakan guru yang membelajarkan mereka pada ruang-ruang kelas di sekolah terkait. Setiap penerima ajar terpelajar di bidangnya. Seperti yang dibilang Howard Gardner bahwa kecerdasan itu terbagi ke dalam beberapa macam, meliputi wоrd ѕmаrt, numbеr ѕmаrt, ѕеlf ѕmаrt, реорlе ѕmаrt, muѕіс ѕmаrt, рісturе ѕmаrt, bоdу ѕmаrt, dan nаturе ѕmаrt. Jadi, menciptakan nilai UN selaku syarat tunggal kelulusan merupakan praktik ketidakadilan dalam pendidikan.

Pada 2015, Anis Baswedan selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentukan bahwa UN tidak dijadikan satu-satunya syarat kelulusan peserta asuh; UN tetap dilaksanakan namun yang menyeleksi lulus atau tidaknya setiap penerima asuh yakni pihak sekolah. Adapun peniadaan UN secara permanen terjadi pada 2021, masa Nadiem Makarim. UN diganti menjadi Asesmen Nasional (AN). Keputusan tersebut kembali menuai pro dan kontra.

Di balik semua itu, pada tataran gampang pun teoritis, AN mampu dipandang selaku salah satu cara dalam memperbaiki pelaksanaan atau kualitas pembelajaran pada instansi pendidikan. Selain pengukuran kognitif, soal-soal AN juga difokuskan pada ranah karakter anak. Literasi dan Numerasi menjadi target alasannya adalah kemampuan tersebut ialah dua di antara beberapa kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap penerima latih di kala globalisasi.
Sebagai asesmen yang tidak memiliki imbas pada kelulusan peserta bimbing bukan mempunyai arti berimbas pada kemalasan akseptor latih dalam belajar. Mungkin ada namun tidak semua akseptor didik, sebab malas berguru itu dipengaruhi oleh banyak sekali sebab, maka cari akarnya. Hal yang harus dimaksimalkan yaitu bagaimana bagian sekolah memainkan peranan dalam bikin iklim pembelajaran yang menyenangkan, membangkitkan semangat mencar ilmu penerima didik, memfasilitasi pengembangan minat dan talenta, serta mengasah mіndѕеt mereka, dan aktivitas sejenisnya.

Kebijakan tentu saja merupakan langkah solutif dari otoritas terkait untuk mengentaskan masalah yang ada. Dalam proses pendidikan, cobaan ialah kegiatan yang umum disertai namun bukan suatu hal yang bersifat final. Aktivitas belajar tidak seharusnya terhenti setelah beberapa rangkaian cobaan di sekolah tamat disertai. Pembelajaran juga bukan sekadar untuk ujian dan menemukan nilai tinggi serta orientasi pada mendapatkan lapangan kerja semata.

Bukаn UN tеtарі Prоѕеѕ
Permasalahannya bukan UN, namun perbaiki proses pembelajaran. Pendidikan bukan semata soal kognitif (pengetahuan), tetapi mencakup faktor afektif (sikap) dan psikomotorik (keterampilan). Jika ada yang berpandangan bahwa UN memutus motivasi akseptor didik dalam mencar ilmu, alasannya tidak ada yang ditakuti sehingga mereka malas-malasan, asumsi demikian keliru. Banyak cara yang dapat digunakan untuk menumbuhkan motivasi dan minat berguru mereka. Jika acara yang satu belum berhasil maka cari tata cara lainnya. Intinya tidak berhenti pada satu cara saja.

Bukankah Kurikulum Merdeka mengusung kemerdekaan guru dalam menyiapkan acara belajar? Maka, maksimalkan hal tersebut. Kendati bermuatan kasatmata, Kurikulum Merdeka perlu pula dievaluasi. Sebab kesuksesan praktiknya belum hingga ke sekolah-sekolah di daerah yang minim akses mencar ilmu, terbatas kemudahan dan prasarana, mіndѕеt (guru dan peserta latih) yang masih konservatif (belum memandang mencar ilmu ialah keperluan), dan hal terkait yang lain. Oleh alasannya adalah itu, untuk memperbaiki proses demikian, maka perlu disokong pemerataan fasilitas dan prasarana pendidikan di setiap kawasan dan aksesibilitas kenaikan kompetensi guru.

Berikan beasiswa bagi setiap guru yang ingin melanjutkan studi pada tingkat yang paling tinggi tanpa menatap kurun dedikasi dan sejenisnya. Saya melihat bahwa bangsa ini direpotkan oleh problem administratif; pemerintah tanggung-tanggung dalam memfasilitasi peningkatan kompetensi guru. Seperti guru yang ingin mendaftar beasiswa pendidikan mesti mengabdi sepersekian tahun dulu sesudah itu gres bisa berpartisipasi dalam seleksi acara-acara pemerintah terkait kenaikan kompetensi maupun mutu diri atau karier.

Selain hal di atas, perbaiki pula kemakmuran guru. Bagaimana guru mau bernafsu membelajarkan anak sementara kondisi ekonominya serba tanggung. Bahkan untuk mendapatkan penghasilan pemanis, ada di antara mereka yang sengaja menggadaikan SK yang uangnya digunakan untuk modal jerih payah ibarat kebun, jualan, dan sejeninya. Makara, selain beban mengajar, mencari sistem inovatif, memberikan aktivitas interaktif, menghadapi keberagaman karakter anak, fikiran guru dihantui pula oleh persoalan kemakmuran.
Rаhfіt Sуаhрutrа Guru SMAN 1 Rоkаn IV Kоtо, Rіаu

ujіаn nаѕіоnаlаѕеѕmеn nаѕіоnаlLoading...Hoegeng Awards 2025Baca kisah inspiratif calon polisi referensi di siniSеlеngkарnуа

Tags:

You Might also Like

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *